BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen
adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan
dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber – sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan tertentu. Ada banyak fungsi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli
manajemen, seperti : Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Commanding (Pemberian Komando), Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling
(Pengawasan) oleh Henry Fayol.
Sebagai
pemimpin selain harus memiliki karakter kepemimpinan, juga harus menguasai
fungsi-fungsi manajerial. Fungsi manajerial inilah yang akan membantu pemimpin
untuk menjalankan organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Perlu diingat
bahwa jika seorang pemimpin tidak memiliki kemampuan manajerial, maka ia hanya
akan mampu merumuskan dan menentukan visi/misi organisasi kedepan, namun tidak
mampu untuk menjalankan seluruh aktivitas organisasi menuju pencapaian visi/misi
organisasi tersebut. Untuk itu sebagai pemimpin mengenal fungsi-fungsi
manajerial adalah sangat penting, karena manajemen merupakan seni dalam
pengelolahan organisasi guna pencapaian tujuan organisasi
Menurut Keith Davis,
actuating adalah kemampuan membujukorang-orang mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dengan penuh semangat .Pemimpin yang efektif
cenderung mempunyai hubungan denganbawahan yang sifatnya mendukung (suportif)
dan meningkatkan rasapercaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan.
Keefektifan kepemimpinan
menunjukkan pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan,keputusan kerja, moral
kerja, dan kontribusi wujud kerja. Prinsip utama dalam penggerakan adalah bahwa
perilaku dapat diatur,
dibentuk, atau diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan
cermat.
B. Rumusan Masalah
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam maklah ini adalah:
1.
Bagaimana
definisi Kepemimpinan ?
2.
Teori – teori apa saja yang dipakai dalam asas kepemimpinan
?
3.
Apa saja bentuk – bentuk asas Kepemimpinan ?
4.
Bagaimana level-level dalam
kepemimpinan?
5.
Apa saja tugas
pokok kepemimpinan?
6.
Apa fungsi dari asas
kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi tentang kepemimpinan
2. Menjelaskan teori – teori yang dipakai dalam asas
kepemimpinan
3. Menjelaskan bentuk-bentuk asas kepemimpinan
4. Menjelaskan level-level dalam kepemimpinan
5. Menjelaskan tugas pokok kepemimpinan
6. Menjelaskan fungsi dari asas kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut
pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan,
misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik
perhatian mereka. Berikut beberapa
definisi kepemimpinan menurut para ahli :
a. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)
b. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)
c. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).
a. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)
b. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)
c. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).
d. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi (Katz dan Kahn)
e. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)
f. Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques)
g. Menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna :
Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
e. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)
f. Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques)
g. Menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna :
Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.
2.2
Teori-Teori Kepemimpinan
a. Teori
Atribusi Kepemimpinan
Teori ini adalah suatu teori
hubungan antara persepsi individu dan prilaku antar pribadi. Teori ini
mengatakan bahwa pemahaman akan dan kemampuan memprediksi bagaimana orang akan
bereaksi atas suatu peristiwa dapat ditingkatkan dengan mengetahui penjelasan
sebab dari peristiwa itu.
Teori ini menyangkut atribusi pemimpin, dimana pemimpin harus dapat menggolongkan sebab dari prilaku
pengikut/bawahan apa termasuk kategori: : manusia, kesatuan, atau konteks.
Contoh peristiwa jeleknya kualitas. Ini apa disebabkan manusia (missal:
kemampuan tidak memadai), Tugas (kesatuan administrasi, koordinasi bagian atau
lainnya yang ada), atau beberapa kejadian unik yang mengelilingi kejadian
(konteks).
Atribusi seorang pengikut, dimana disini kejadian, tingkah laku bawahan
digolongkan menjadi : Keistimewaan, konsistensi, dan Konsensus.
Misalnya; seorang bawahan melakukan tugas sehingga kualitas hasil berkualitas
jelek. Apa ini hanya pada tugas itu saja, tugas-tugas yang lainnya tidak jelek
(keistimewaan). Apa sering ia melakukan kejelekan ini, dibagian tertentu
sering, atau dibagian-bagian yang lainpun untuk bawahan ini sering
(konsistensi). Apa bawahan yang lain untuk pekerjaan ini, dibagian ini,
kualitasnya jelek (consensus).
Apakah sebab itu
internal (kurangnya upaya bawahan) atau sebab eksternal (diluar kendali
bawahan, misal: alatnya sudah tua, kondisi kerja yang tidak baik dll). Bila pemimpin
membuat atribusi internal maka gaya kepemimpinannya cenderung menghukum,
kekerasan dll.:
b. Teori Sifat
Teori ini berusaha
mengidentifikasi karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian) yang
diasosiasikan dengan keberhasilan kepemimpinan. Diidentifikasi ; Intelegensia:
Penyesuaian diri, mampu memutuskan, pengetahuan dan kelancaran bicara dll.
Kepribadian: individualisme, kreatif (independent dalam melakukan respon),
penyesuaian diri, kesigapan, integritas pribadi, percaya diri dan keseimbangan
emosional dan kemandirian control (non-conformity) dll, dianggap cirri kepmimpinan
yang baik/effektif.
Karakteristik Fisik : lebih besar dan tinggi
diasosiasikan memiliki peluang yang lebih untuk memimpim dibandingkan lainnya.
Kemampuan : Kemampuan untuk mendapatkan kerjasama, Populer dan
berpengaruh, Sosiabilitas, partisipasi sosial, taktis dan diplomatis.
Teori ini dikritik
karena 1) daftar sifat takterbatas hanya itu, 2) Skor tes yang dilakukan
mengandung subjektifitas ada jalinan pengaruh lain 3) pola prilaku effektif
sangat bergantung pada situasinya.
c.
Teori Pribadi-Prilaku
Teori ini mencari tahu
bagaimana prilaku pemimpin menentukan effektifitasnya. Ada beberapa penelitian
disini: Studi dari universitas of Michigan, ada dua kategori yaitu :
1) Kepemimpinan yang berpusat pada pekerjaan, disini pemimpin
mengawasi secara ketat pekerjaan dan kinerja bawahan.
2) Pemimpin berpusat pada Karyawan, pemimpin hanya mengawasi secara umum pekerjaan
orang lain. Ia berusaha agar orang lain merasakan otonoi dan dukungan. Kritik
pada teori ini adalah siplifikasi, hanya dua kategori saja.
Studi dari Ohio
State University, ada dua kategori yang dilihat dari pemimpin yaitu :
1) Membentuk struktur —- Tindakan dari
kepemimpinan berarti pembentukan struktur tugas dan tanggung jawab dari
pengikut.
2) Konsiderasi — Tindakan dari pemimpin yang
menunjukkan dukungan bagi pengikutnya dalam suatu kelompok.
d. Teori Situasional
Suatu pendekatan
terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami
perilakunya,sifat-sifat bawahannya dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan pemimpin untuk memiliki
keterampilan diagnostic dalam perilaku manusia. Pemimpin yang effektif disini
harus menyesuaikan terhadap perbedaan-perbedaan bawahan dan situasinya.
e. Teori Kontingensi
Teori ini mengatakan
effektifitas kepemimpinan tergantung dari interaksi gaya kepemimpinan dan
situasi yang mendukung. gaya kepeimpinan, Dalam gaya kepemimpinan yang dilihat
seperti :
1) Berpusat pada karyawan dan pekerjaan (pencetusnya Likert), ini menghasilkan peningkatan produksi namun
dalam waktu lama menimbulkan penekanan dan penolakan, melalui absensi,
turn-over karyawan. Gaya terbaik berpusat pada karyawan.
2) Membentuk Struktur dan Konsiderasi (pencetusnya: Fleisman, Stogdill
dan Shartle) kombinasi dari menciptakan
struktur dan konsiderasi dalam situasi menentukan effektifitasnya. Dalam situasi
yang dilihat adalah:
a) Hubungan Pemimpin-Anggota — ini mengacu pada derajat keyakinan, kepercayaan
dan rasa hormat yang didapatkan pemimpin dari pengikutnya.
b) Struktur tugas —- ini
mengacu pada bagaimana terstrukturnya tugas dengan mempertimbangkan persyaratan,
alternative pemecahan masalah dan unpan balik pada keberhasilan kerja.
c) Kekuasaan Posisi — ini
mengacu pada kekuatan inheren dalam posisi kepemimpinan.
f. Teori Path-Goal
(jalur tujuan)
Teori ini beranggapan bahwa
seorang pemimpin perlu mempengaruhi persepsi pengikutnya mengenai tujuan kerja,
tujuan pengembembangan diri dan cara-cara pencapaiannya. Disini disimulasikan ada
4 prilaku pemimpin yaitu;
1) Direktif, cenderung membiarkan bawahan mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka.
2) Suportif, memperlakukan bawahan dengan derajat yang sama.
3) Partisipatif, meminta pendapat bawahan dan mempertimbangkan
saran dan ide mereka sebelum mencapai suatu keputusan.
4) Orientasi pada prestasi, menetapkan tujuan-tujuan yang menantang,
mengharapkan bawahan untuk memberikan prestasinya pada tingkat yang paling
tinggi, dan secara terus menerus melakukan perbaikan prestasi.
Tiga sikap bawahan yaitu 1) Kepuasan kerja, 2) penerimaan terhadap
pemimpin dan 3) pengharapan terhadap hubungan usaha- prestasi- penghargaan.
Hasil studi empiris menemukan : Ketika struktur tugas
(pengulangan dan rutinitas pekerjaan) tinggi, prilaku pemimpin yang direktif
berhubungan negative terhadap kepuasan. Juga, ketika struktur tugas rendah,
perilaku kepemimpinan direktif berhubungan positif terhadap kepuasan. Ketika
struktur tugas tinggi, kepemimpinan Supportif berhubungan positif terhadap
kepuasan, dst.
g. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard
Penekanan teori ini pada
pengkut dan tingkat kematangan mereka. Disini Pemimpin harus dapat menilai
secara benar atau intuitif mengenai tingkat kematangan pengikut-pengikutnya
kemudian menyesuaian gaya kepemimpinannya dengan kematangan
pengikut-pengikutnya.
Disini Hersey-Blanchard
menggunakan studi Ohio State dan mengembangkan empat gaya kepemimpinan, yaitu :
1) Mengatakan/Telling. Pemimpin mendefinisikan
peran-peran yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dan mengatakan pada
pengkutnya apa, dimana, bagaimana dan kapan untuk melakukan tugas-tugasnya.
2) Menjual/Selling. Pemimpin menyediakan intruksi-intruksi
terstruktur bagi pengikutnya, tetapi juga suportif.
3) Berpartisipasi/Participating. Pemimpi dan pengikut
saling berbagi dalam keputusan-keputusan mengenai bagaimana yang paling baik
untuk menyelesaikan suatu tugas dengan kualitas tinggi.
4) Mendelegasikan/Delegating. Pemimpin menyediakan
sedikit pengarahan secara seksama, spesifik atau dukungan pribadi terhadap
pengikut-pengikutnya. Problem disini adalah: Apakah orang dalam posisi
kepemimpinan semudah ini untuk menyesuaikan?
h. Teori
Pendekatan Hubungan Berpasangan Vertikal
Teori ini mengatakan bahwa
tidak ada hal seperti perilaku kepemimpinan yang konsisten terhadap seluruh
bawahan. Tiap hubungan satu-satu memiliki keunikannya sendiri-sendiri.
Disini dibedakan dua kelompok
yaitu; 1) kelompok dalam —- dimana keterbukaan, kultur,dan peluang mobilitas
keatasnya lebih berpotensi. Biasanya kelompok ini menerima tugas-tugas yang
menantang dan imbalan yang berarti. 2) Kelopok luar—– dimana keterbukaan,
kultut dan mobilitas keatas lebih rendah, karena tidak dipilih oleh pemimpin
sebagai setipe.
i.
Teori Substitusi Kepemimpinan
Ini
adalah karakteristik tugas, organisasional, dan bawahan yang dapat menggantikan
prilaku kepemimpinan. Seorang pemimpin akan memiliki sedikit atau tidak sama
sekali pengaruh bila ada situasi ini. Misalnya:
Pegawai yang berpengalaman, terlatih secara baik, berpengetahuan tidak
membutuhkan seorang pemimpin untuk menstruktur tugas (bagi seorang pemimpin
yang berorientasi pada tugas).
2.3
Bentuk-Bentuk
Kepemimpinan
a.
Model Vroom-Jago
(Revisi)
Model ini menetapkan prosedur pengambilan
keputusan kepemimpinan. Kepemimpinan paling efektif dalam masing-masing dari
beberapa situasi yang berbeda yaitu
:
1) Autokrasi — dibagi menjadi ; AI (dimana pemimpin memutuskan
sendiri), AII (mencari informasi dari bawahan dan memutuskan sendiri).
2) Konsultatif —- dibagi menjadi ; CI (Pemimpin berbagi masalah dengan
bawahan, mendapat ide dan usulan mereka, lalu pemimpin membuat keputusan), CII
(sama hanya ada rapat kelompok bawahan dengan pemimpin sebelum membuat
keputusan).
3) Satu bauran keputusan pemimpin dan kelompok yaitu GII (Pemimpin dan
bawahan berbagi masalah bersama-sama, membangkitkan, mengevaluasi alternative-alternatif
dan berusahan mencapai consensus).
b. Kepemimpinan Karismatik
Karisma dari bahasa Yunani yang artinya
“Bakat”. Kepemimpinan Karismatik adalah kemampuan untuk mempengaruhi pengikut
berdasarkan pada baker supranatural dan kekuatan yang menarik. Pengikut
menikmati karismanya pemimpin karena mereka merasa memperoleh inspirasi,
kebenaran dan penting. Mereka biasanya bekerja berdasarkan visi dan dalam
kondisi kritis.
Perkembangan pemimpin karismatik: Pertama:
pemimpin secara kontinyu menilai lingkungan, menyesuaikan dan merumuskan sebuah
visi tentang apa yang harus dilakukan. Sasaran pemimpin dibentuk. Kedua : Pemimpin
menyampikan visinya kepada para pendukung, menggunakan cara apapun yang perlu.
Ketiga : Dititik beratkan dengan bekerja berdasarkan kepercayaan dan komitmen.
Mengerjakan hal-hal yang tak terduga, mengambil resiko dan menjadi ahli secara
teknis. Keempat : Pemimpin karismatik bekerja sebagai model dan motivator.
c.
Kepemimpinan
Transaksional Dan Tranformasional
Kepemimpinan Transaksional adalah kepemimpinan
dimana pemimpin membantu para pengikut mengenali apa yang disenangi dan
diinginkan dan membantu mereka mencapai tingkat pelaksanaan yang menghasilkan
penghargaan yang memuaskan dari pencapaian keinginan mereka. Pendekatan ini
menggunakan konsep Path-goal sebagai kerangka kerjanya. Contoh: Upah-prestasi,
Jabatan-gaji dll.
Kepemimpinan Tranformasional adalah
kepemimpinan dimana pemimpin memiliki kemampuan untuk memberikan inspirasi dan
memotivasi para pengikut untuk mencapai hasil-hasil yang lebih besar dari pada
yang direncanakan secara orisinil/formal untuk imbalan internal.
Faktor-faktor kepemimpinan tranformasional
dalam penelitian Bass (Leadhership Performance) adalah :
1)
Karisma : Pemimpin mampu menanamkan suatu rasa nilai, hormat, dan kebanggaan
dan untuk mengutarakan sutau visi dengan jelas.
2)
Perhatian individual : Pemimpin memberi perhatian pada kebutuhan para pengikut dan
menugaskan proyek-proyek berarti sehingga para pengikut tumbuh sebagai pribadi.
3)
Rangsangan Intelektual : Pemimpin membentu para pengikut berfikir kembali dengan cara-cara
rasional untuk memeriksa sebuah situasi. Ia mendorong para pengikut agar
kreatif.
4)
Penghargaan yang tak
terduga : Pemimpin memberitahu para pengikut
tentang apa yang harus dilakukan untuk menerima perhargaan yang lebih mereka
sukai.
5)
Manajemen dengan
pengecualian : Pemimpi pengijinkan para pengikut
untuk mengerjakan tugas dan tidak mengganggu kecuali bila sasaran-sasaran tidak
dicapai dalam waktu yang masuk akal dan biaya yang pantas.
2.4
Level
Kepemimpinan
2.4.1
Level Kepemimpinan menurut John C. Maxwell
John C. Maxwell, membagi kepemimpinan menjadi
lima level yang harus dilewati. Menurutnya, jika kepemimpinan itu diibaratkan
seperti anak tangga, terdapat lima tangga utama yang harus dilewati oleh para
pemimpinan di dalam organisasi. mengenai Level Kepemimpinan dari John C. Maxwell
1. Level Posisi (Position).
Inilah level kepemimpinan yang paling rendah.
Pada dasarnya, orang mengikuti Anda karena ‘kebetulan’ mereka tidak punya
pilihan sebab Andalah yang dipercaya untuk memegang posisi tersebut. Pada
level ini, otoritas seorang pemimpin hanya terbatas di posisi ini. Bawahan
merasa hanya perlu berinteraksi sekadar untuk mendapatkan tanda tangan dan persetujuan.
Namun, di level ini, banyak bawahan tidak
merasa dimiliki oleh atasannya, sehingga tak heran di belakang mereka sering
mengata-ngatai bos mereka ini. Pada kenyataannya, ada banyak pemimpin
yang bertahun-tahun di posisi ini, tetapi tetap tidak pernah naik ke level
berikutnya.
2. Level Hubungan (Permission).
Di sinilah orang mulai mengikuti bukan karena
‘harus’ tetapi karena mereka ‘ingin’. Di level inilah, pengaruh Anda
sebagai pimpinan mulai kelihatan. Sebenarnya, ketika memasuki level ini, sudah
terjadi kontak batin serta mulai ada chemistry antara orang yang dipimpin
dengan yang memimpin. Proses interaksi mulai terjadi dan hubungan pun
mulai terbangun. Hanya saja, jika seorang pemimpin terlalu lama di tangga ini,
bisa jadi ia menjadi sangat populer di mata bawahannya, hubungan baik tetapi
hasil dan output-nya bisa kurang memuaskan.
Itulah sebabnya seorang pemimpin tidak boleh
terlalu lama di tangga ini. Pada Level ini hubungan sewajarnya tetap
terjada dalam kerangka Bisnis dan Professionalisme bukan semata Kedekatan dan
Kesediaan bawahan terhadap atasan. Konsep Like and Dislike dapat menjadi
Dominan pada level ini, dan sebaiknya Anda sebagai Pemimpin tidak berlama-lama
di tangga tersebut.
3. Level Menghasilkan (Production).
Kalau level kedua banyak berbicara mengenai
pandangan tentang Anda di mata karyawan level ketiga ini mulai berbicara
mengenai pandangan Anda di mata manajemen. Masalahnya, di sinilah orang
mulai melihat bagaimana output team yang Anda hasilkan, setelah Anda mulai
memimpin suatu tim. Jika seorang pemimpin sudah berhasil sampai di level ini,
selain terdapat kontak batin yang baik antara pemimpin dan anak buahnya, juga
terdapat hasil yang bisa dibanggakan.
4. Level Pengembangan Orang (People Development).
Di sinilah, seorang pemimpin tahu bahwa ia
tidak bisa menjadi sukses sendirian, atau hanya dirinya yang mampu sementara
anak buahnya bergantung adanya. Saatnya bagi seorang pemimpin mulai
meluangkan waktunya melakukan proses coaching dan counseling ataupun mentoring
untuk mendidik orang-orang di bawahnya agar mampu menapaki tahapan
berikutnya. Pengembangan Orang pada level ini adalah menciptkan Pemimpin
Baru agar kesinambungan organisasi terus berjalan.
Sayangnya, banyak pemimpin yang terlambat
sekali tiba di level ini. Jangan sampai terjadi ungkapan berikut, “Saya sudah
Tua dan saya agak terlambat menyiapkan orang-orang untuk menggantikan saya.
Sekarang, saya sudah sakit-sakitan. Saya mulai membagikan semua ilmu yang saya
miliki untuk orang-orang yang diproyeksikan akan memimpin bisnis ini di masa
depan. Saya tidak tahu, apakah waktu saya masih akan mencukupi untuk itu”
5. Level Kepribadian (Personhood).
Pada Level ini nilai Kepemimpinan adalah
Anugerah, jikalau Level 1 adalah pemberian maka Level 5 ini menjadi Nilai
Sempurna seseorang pada Tingkat Kepemimpinannya. Menurut Maxwell, tidak
banyak pemimpin yang bisa sampai di level kepemimpinan ini. Mahatma Gandhi
adalah salah satu contoh kepemimpinan yang termasuk di kategori ini selain para
Nabi dan Rasul di zamannya.
2.4.2 Level Kepemimpinan Menurut James
Scouller
James Scouller penulis buku ‘The
Three Level of Leadership: How to Develop Your Leadership Presence and knowhow
and Skill’ ada tiga tingkat model kepemimpinan yang perlu diketahui
yakni kepemimpinan public, private, dan personal. Tiga model itu
sebagai fitur utama untuk mengembangkan keterampilan dan perilaku pemimpin
menjadi lebih baik.
a.
Level 1 – Kepemimpinan publik
Kepemimpinan publik mengacu pada
tindakan atau perilaku yang membawa pemimpin untuk memengaruhi dua orang atau
lebih secara bersamaan. Kepemimpinan publik ini bisa dicontohkan dalam sebuah
rapat atau kelompok yang lebih besar.
Dalam kepemimpian tersebut masyarakat diarahkan untuk:
·
Menyetujui penetapan visi dan misi yang bertujuan
menjaga kesatuan sebuah kelompok atau organisasi untuk masa depan.
·
Membawa energi positif dan menciptakan standar kerja
yang tinggi dan memberikan semangat kerja serta kepercayaan kepada tim.
·
Berhasil mendorong tindakan kolektif dalam
berorganisasi
Menurut Scouller perilaku seorang pemimpin publik
sebaiknya memiliki kualitas-kualitas berikut :
·
Mampu menetapkan visi organisasi, tetap fokus kepada
tujuan
·
Mampu melakukan perencanaan, pengorganisasian, memberi
kekuasaan pada orang lain
·
Menguasai teknik pemecahan masalah, pengambilan
keputusan
·
Pelaksanaan organisasi
·
Kelompok bangunan dan pemeliharaan dalam kelompok
b. Level 2 –
Kepemimpinan private
Kepemimpinan private
menyangkut penanganan secara individu bagi seorang pemimpin. Tugas dari
kepemimpinan private ini seperti penilaian kinerja seseorang dalam suatu
organisasi serta memberikan semangat kepada setiap individu dalam kelompok atau
organisasi tersebut.
Menurut Scouller kepemimpinan pribadi bisa mengurangi
beberapa perilaku yang kurang baik dari setiap individu. Perilaku ini seperti
citra negatif, kekhawatiran dari setiap individu terhadap kelompok atau
organisasi itu sendiri dan lain sebagainya.
c. Level 3 –
Kepemimpinan untuk diri sendiri
Kepemimpinan bagi dirinya sendiri
yakni kepemimpinan untuk perkembangan psikologis dan moral yang berdampak
terhadap cara ia memimpin.
Menurut Scouller
kepemimpinan untuk diri sendiri ada tiga unsur, yaitu:
1. Bagaimana sikap terhadap
orang lain
Unsur ini adalah mengembangkan sikap yang benar
terhadap rekan kerja, dengan mengusung visi dan misi bersama. Sikap yang benar
adalah percaya bahwa orang lain sama pentingnya dengan diri sendiri dalam
menjalankan tugas kelompok maupun organisasi.
Jika seorang pemimpin mempunyai sikap menghargai
terhadap orang lain, ini akan memengaruhi banyak orang mempercayai kepemimpinan
mereka dan pastinya banyak orang yang akan mau bekerja sama dengan dia.
2. Penguasaan diri
Ini menekankan tentang kesadaran diri dan kebebasan
dalam memerintah seseorang. Banyak pemimpin yang menghindari perdebatan yang
kuat misalnya dalam diskusi. Coba biarkan mereka bertindak secara
otentik dalam berinovasi.
Menurut Scouller pengusaaan diri adalah proses
psikologis bagi para pemimpin. Maka perlu teknik untuk menguasai perubahan yang
ada pada diri mereka.
3. Mengetahui teknis dan
keterampilan
Unsur ini menekankan pada bagaimana mengetahui
kelemahan teknis seseorang dan mengambil tindakan untuk memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan seseorang.
2.5
Tugas Pokok Kepemimpinan
Tugas pokok seorang pemimpin yaitu
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya
yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan
mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh
pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya.
Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di
samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan
hubungan manusiawi.
Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi:
pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan,
mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal
(antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain :
a. Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :
- Penyusunan Rencana
- Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian
- Pelaporan
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain :
a. Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :
- Penyusunan Rencana
- Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian
- Pelaporan
b.
Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun
c.
Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara
baik
baik
d.
Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
e.
Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
f.
Menyusun fungsi manajemen secara baik
g.
Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas
h.
Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak l
2.6
Fungsi Kepemimpinan
2.6.1 Fungsi Kepemimpinan
menurut Hadari Nawawi
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan
tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal
tersebut, menurut Hadari Nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungn
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar
situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial
keiompok atau organisasinya.
Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
2.6.2 Fungsi Kepemimpinan menurut William R. Lassey
Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership,
menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan, yaitu :
1. Fungsi menjalankan tugas
Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah :
a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah, menyarankan gagasan – gagasan baru, dan sebagainya.
b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul – usul atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.
c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa.
d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang diterima.
e. Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih dapat mengembangkan pengertian.
f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan.
g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusikan dalam kelompok.
h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.
i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan.
j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.
2. Fungsi pemeliharaan.
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :
a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui sumbangan fikiran orang lain.
b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan untuk mendengar.
c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok.
d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil keputusan.
e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.
1. Fungsi menjalankan tugas
Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yang tergolong fungsi ini adalah :
a. Kegiatan berinisiatif, antara lain usul pemecahan masalah, menyarankan gagasan – gagasan baru, dan sebagainya.
b. Mencari informasi, antara lain mencari klasifikasi terhadap usul – usul atau saran serta mencari tambahan informasi yang diperlukan.
c. Menyampaikan data atau informasi yang sekiranya ada kaitannya dengan pengalamannya sendiri dalam menghadapi masalah yang serupa.
d. Menyampaikan pendapat atau penilaian atas saran – saran yang diterima.
e. Memeberikan penjelasan dengan contoh – contoh yang lebih dapat mengembangkan pengertian.
f. Menunjukkan kaitan antara berbagai gagasan atau saran-saran dan mencoba mengusulkan rangkuman gagasan atau saran menjadi satu kesatuan.
g. Merangkum gagasan-gagasan yang ada kaitannya satu sama lain menjadi satu dan mengungkapkan kembali gagasan tersebut setelah didiskusikan dalam kelompok.
h. Menguji apakah gagasan-gagasan tersebut dapat dilaksanakan dan menilai keputusan-keputusan yang akan dilaksanakan.
i. Membandingkan keputusan kelompok dengan standar yang telah ditetapkan dan mengukur pelaksanaannya dengan tujuan yangb telah ditetapkan.
j. Menentukan sumber-sumber kesulitan, menyiapkan langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan mengatasi rintangan yang dihadapi untuk mencapai kemajuan yang diharapkan.
2. Fungsi pemeliharaan.
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya. Yang termasuk fungsi ini antara lain :
a. Bersikap ramah, hangat dan tanggap terhadap orang lain, mau dan dapat memujiorang lain atau idenya, serta dapat menerima dan menyetujui sumbangan fikiran orang lain.
b. Mengusahakan kepada kelompok, mengusahakan setiap anggota berbicara dengan waktu yang dibatasi, sehingga anggota kelompok lain berkesempatan untuk mendengar.
c. Menentukan penggunaan standar dalam pemilihan isi, prosedur dan penilaian keputusan serta mengingatkan kelompok untuk meniadakan keputusann yang bertentangan dengan pedoman kelompok.
d. Mengikuti keputusan kelompok, menerima ide orang lain, bersikap sebagai pengikut/pendengar sewaktu kelompok sedang berdiskusi dan mengambil keputusan.
e. Menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat dan bertindak sebagai penengah untuk mengkompirmasikan pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment