BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Permasalahan pertambahan penduduk
telah menjadi prioritas kebijakan dalam pembangunan di Indonesia. Diawali
dengan perhatian pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan yang
dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk. Pemahaman yang berbeda
terhadap perubahan penduduk serta faktor-faktor yang terkait dengannya memiliki
pengaruh yang berbeda juga kepada kebijakan pemerintah. Berdasarkan sejarah
kependudukan, terdapat dua pandangan terhadap perubahan penduduk. Pandangan
yang pertama menyatakan pembangunan mempunyai pengaruh terhadap perubahan
penduduk, artinya penduduk berfungsi sebagai dependent variabel. Pandangan
kedua menyatakan kondisi kependudukan akan mempengaruhi pembangunan yang
dilaksanakan. Dalam hal ini penduduk menjadi independent variabel Pertumbuhan
Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Memperhatikan hal tersebut, sudah selayaknya
apabila pemahaman terhadap teori penduduk terutama yang dikaitkan dengan
pembangunan menjadi sangat penting.
Berbagai teori yang diungkapkan
terdahulu telah menjadi inspirasi dari berbagai pandangan mengenai kaitan
antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Adam Smith berpendapat
bahwa sesungguhnya ada hubungan yang harmonis dan alami antara pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan penduduk tergantung pada
pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah penduduk dipengaruhi
oleh permintaan terhadap tenaga kerja (demand for labor) dan permintaan tenaga
kerja dipengaruhi oleh produktivitas lahan. Malthus merupakan orang pertama
yang secara sistematis menggambarkan hubungan antara penyebab dan akibat-akibat
pertumbuhan penduduk. Dalam model dasarnya, Malthus menggambarkan suatu konsep
tentang pertambahan hasil yang semakin berkurang (dimishing returns). Malthus
menyatakan bahwa umumnya penduduk suatu negara mempunyai kecenderungan untuk
bertambah menurut suatu deret ukur yang akan berlipat ganda setiap 30-40 tahun,
kecuali bila terjadi bahaya kelaparan. Pada saat yang sama, karena adanya
ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi
yang jumlahnya tetap (tanah dan sumber daya alam) maka persediaan pangan hanya
akan meningkat menurut deret hitung.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana pengertian dari relasi atau
hubungan, pembangunan ekonomi serta pertumbuhan penduduk?
b. Teori apa saja yang berhubungan
dengan kependudukan dan
pembangunan?
c. Bagaimana hubungan masalah kependudukan dengan
pembangunan ekonomi?
1.3
Tujuan
Penulisan
a.
Untuk mengetahui pengertian dari suatu
relasi, pembangunan ekonomi serta pertumbuhan penduduk.
b.
Untuk mengetahui teori-teori yang berhubungan
dengan kependudukan dan pembangunan.
c.
Untuk
mengetahui bagaimana hubungan masalah
kependudukan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Relasi
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, definisi dari kata relasi adalah sebagai berikut :
(1) hubungan;
perhubungan; pertalian: banyak -- (dng orang lain);
(2) kenalan: banyak -- nya di
kalangan atas;
(3) pelanggan: pelayanan kpada --
harus baik
Menurut kamus bahasa Indonesia
relasi atau hubungan ialah suatu kesinambungan antara satu pihak dengan pihak
lain. Hubungan terjadi di setiap proses kehidupan. Secara garis besar relasi
atau hubungan terbagi menjadi relasi positif dan relasi negatif.
Relasi positif terjadi apabila kedua
pihak yang memiliki kesinambungan mendapatkan keuntungan dan ditandai dengan
adanya timbal balik yang serasi.
Relasi negatif terjadi apabila suatu
pihak yang berkesinambungan mendapat keuntungan dan pihak lain merasa
dirugikan. Dalam hal ini tidak ada keselarasan.
2.2 Pengertian Pembangunan
Ekonomi
Sejak Adam
Smith mengeluarkan bukunya “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth
of Nations”, para ahli ekonomi melanjutkan penyelidikan mengenai perkembangan
ekonimi suatu Negara. Pada awal abad ke – 20, timbul pertanyaan mengapa tingkat
perkembangan ekonomi di banyak Negara tidak seperti yang diharapkan. Paham
liberal telah dihadapkan dengan perkembangan paham sosialis yang pesat di
Rusia. Selain keadaan tersebut, ada fakta lain di dunia antara lain :
a. Adanya kenyataan bahwa Negara yang
mengalami pertumbuhan di dalam pendapatan nasionalnya, tapi hanya sekedar
mengimbangi pertambahan penduduk
b. Adanya kesenjangan tingkat hidup
antara Negara-negara yang satu dengan yang lain
c. 67 % dari penduduk dunia hanya
menerima kurang dari 17 % pendapatan dunia
d. Banyak Negara yang sudah sadar
mengenai tingkat pendapatan yang rendah dan Negara-negara tersebut berkehendak
untuk berkembang
Berhubung dengan keadaan tersebut
diatas, maka pembangunan ekonomi dilakukan oleh semua Negara, baik oleh Negara
yang sudah maju maupun yang belum maju. Negara – Negara yang relative maju
disebut juga Negara berkembang, disamping terus mengusahakan dirinya untuk
dapat berkembang, juga menaruh banyak perhatian terhadap perkembangan
Negara-negara yang masih berkembang[1]
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth) pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga,
pengetahuan,
sosial
dan teknik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu
ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan
ekonomi serta sikap output itu sendiri. Sebenarnya masih banyak factor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap penentuan tinggi rendahnya pendapatan nasional.
Faktor-faktor tersebut berhubungan satu
sama lain dan hubungan ini tidak hanya terjadi pada suatu saat tapi juga suatu
jangka waktu tertentu.[2]
Selanjutnya
pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam
jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi.
a.
Pembangunan
sebagai suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses,
artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap
masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung
menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan
pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap
perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
b. Pembangunan sebagai suatu usaha
untuk meningkatkan pendapatan perkapita
Sebagai
suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh
suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan demikian,
sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang
terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan.
Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan
dalam kesejahteraan masyarakat.
c. Peningkatan pendapatan perkapita
harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu
perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan
perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa
pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus menerus. Misalnya, suatu
negara terjadi musibah bencana alam ataupunkekacauan politik, maka
mengakibatkan perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Namun, kondisi
tersebut hanyalah bersifat sementara yang terpenting bagi negara tersebut
kegiatan ekonominya secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Dalam setiap hal, demikian pula dalam pembangunan atau perkembangan
ekonomi, selalu terdapat kebaikan dan keburukan. Kerugian ini dapat dipandang
sebagai biaya dari adanya pembangunan ekonomi tersebut. [3]
Kebaikan dari pembangunan ekonomi antara lain:
a) Menambah sarana
bagi penyediaan kebutuhan masyarakat
b) Mengurangi gep perbedaan antara
Negara-negara maju dengan Negara-negara berkembang
c) Mengurangi
kemiskinan, kebodohan yang menghambat kesejahteraan masyarakat
d) Dapat mengatasi
laju perkembangan penduduk melalui keluarga berencana (KB) yang akhirnya dapat
mengatasi sedikit masalah kesempatan kerja
e) Meningkatkan
kemakmuran dalam arti kekayaan yang dimiliki
f) Memberikan
kesempatan berpolitik dan berbudaya dan berkreasi sehingga dapat memberikan
rasa senang pada masyarakat.
g) Memungkinkan
terjadi perubahan-perubahan menuju kearah yang lebih baik
Keburukan pembangunan ekonomi yaitu:
a) Mendorong orang bersifat konsumtif /
individualistis.
b) Berkurangnya
sifat gotong royong dalam masyarakat.
c) Dapat
merenggangkan hubungan kekeluargaan yang merupakan akar budaya.
d) Adanya pencemaran lingkungan hidup
2.3 Pengertian Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung
sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per
waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada
semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk
pada pertumbuhan penduduk dunia.
Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk baik
pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu
kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk
(migrasi).
a.
Kematian
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
a) Faktor Pendukung Kematian (pro
mortalitas)
Faktor
ini mengakibatkan jumlah kematian semakin besar. Yang termasuk faktor ini
adalah sarana kesehatan yang kurang memadai, rendahnya kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan, terjadinya berbagai bencana alam, terjadinya peperangan, terjadinya
kecelakaan lalu lintas dan industri, tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
b) Faktor Penghambat Kematian (anti
mortalitas)
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah lingkungan hidup sehat, fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap, ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain, tingkat kesehatan masyarakat tinggi, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
Faktor ini dapat mengakibatkan tingkat kematian rendah. Yang termasuk faktor ini adalah lingkungan hidup sehat, fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap, ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain, tingkat kesehatan masyarakat tinggi, semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.
b. Kelahiran ( Natalitas )
Kelahiran
bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat
kelahiran (anti natalitas) dan yang mendukung kelahiran (pro natalitas) antara
lain:
a) Faktor-faktor penunjang kelahiran
(pro natalitas) antara lain: 1. Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi
orang dalam penerimaan KB.Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak
membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti
kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak.
2.
Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti
terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu
pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
3.
Kondisi perekonomian.
Penduduk yang perekonomiannya baik
tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi
kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi
banyak.
4.
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi
apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu
kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi
angka kelahiran
5.
Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang
masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang
menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih
tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan
anak laki-laki atau sebaliknya.
6.
Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan
dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih
banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah
kelahiran.
7.
Struktur Penduduk.
Penduduk yang sebagian besar terdiri
dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia
non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia). Untuk
menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan angka kelahiran
(Fertilitas).
Angka kelahiran yaitu angka yang
menunjukkan rata-rata jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk dalam waktu
satu tahun.
b) Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti
natalitas) seperti adanya program keluarga berencana yang mengupayakan
pembatasan jumlah anak, adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita
minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun, anggapan
anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, adanya
pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan
hanya sampai anak ke – 2, penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan
memperoleh pekerjaan.
c. Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara saja.
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada
umumnya telah dihubungkan dengan daerah-daerah yang secara ekonomis telah maju
dan bersifat industry. Urbanisasi ini mempunyai pengaruh dan akibat-akibat yang
berbeda di Negara-negara yang sudah maju bila dibandingkan Negara yang masih
berkembang. Di Negara maju, hanya sedikit penduduk yang bekerja di sector
pertanian. Urbanisasi biasanya terjadi karena adanya tingkat upah yang lebih
menarik di sector industry (di kota) dari tingkat upah di desa.[4]
Dua factor yang pertama sangat besar
peranannya dalam mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Disamping itu, jumalh
penduduk yang besar secara absolut akan bertambah lebih cepat daripada jumlah
penduduk yang kecil, walaupun laju pertumbuhannya sama. Dapat diperkirakan
lamanya waktu yang dibutuhkan bagi suatu jumlah penduduk untuk menjadi dua kali
lipat (doubling time) apabila kita mengetahui tingginya laju pertumbuhan
penduduk itu. Misalnya laju pertumbuhan penduduk 2% per tahun, maka waktu
pelipatan dua (doubling time) adalah 70 : 2 atau 35 tahun.[5]
2.4 Teori Pendukung Hubungan Kependudukan dengan Pembangunan
Berdasarkan sejarah kependudukan, terdapat dua pandangan terhadap
perubahan penduduk ini. Pandangan pertama menyatakan pembangunan mempunyai
pengaruh terhadap perubahan penduduk, artinya penduduk berfungsi sebagai dependent
variabel. Pandangan kedua menyatakan kondisi kependudukan akan mempengaruhi
pembangunan yang dilaksanakan.
a.
Teori Klasik Adam Smith
Agar proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smit mudah
dipahami, maka digolongkan menjadi 2 aspek utama, yaitu : pertumbuhan output
total dan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan output total
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling
mendasar dari kegiatan produksi. Jumlah sumberdaya alam yang tersedia merupakan
“batas maksimum” bagi pertumbuhan
perekonomian. Maksudnya, jika sumberdaya ini belum digunakan sepenuhnya,
maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam
pertumbuhan output. Tapi pertumbuhan output akan terhenti jika semua sumberdaya
alam telah digunakan.
Jumlah penduduk merupakan peranan yang pasif dalam proses
pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan tenaga kerja dari suatu masyarakat.
Stok modal merupakan unsur yang secara aktif menentukan
tingkat output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju
pertumbuhan stok modal
Pertumbuhan penduduk
Menurut Adam Smith, untuk berlakunya perkembangan ekonomi
diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja. Pembagian kerja didasari
oleh akumulasi capital yang berasal dari dana tabungan dan luas pasar.
Luas pasar disni berfungsi untuk menampung hasil produksi sehingga dapat
menembus perdagangan internasional. Perrtumbuhan itu mulai maka ia akan
bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian
kerja akan terjadi dan akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja.
Menurut Smith, spesialisasi yang semakin besar membutuhkan
pasar yang semakin luas dan dorongn untuk membua6t alat-alat baru makin
bertambah. Dilain pihak naiknya produktifitas akan menyebabkan upah naik dan
ada akumulasi kapital. Tetapi karena SDA terbatas adanya, maka keuntungan akan
menurun karena berlakunya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang. Pada
tingkat inilah perkembangan mengalami kemacetan.
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika
jumlah upah yang berlaku lebih tinggi daripada yang bersifat subsisten yaitu
tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat di atas upah subsisten,
maka orang-orang akan kawin di usia muda, kematian menurun dan jumlah kelahiran
meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat
subsisten, maka jumlah penduduk akan menurun.
Tingkat upah yang berlaku ditentukan oleh tarik menarik
kekuatan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi
dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat daripada
penawaran tenaga kerja.
Sementara itu, permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh
stok modal dan tingkat output pada masyarakat. Oleh karena itu, laju
pertumbuhan permintaan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal
dan laju pertumbuhan output.
b.
Teori Populasi Malthus
Teori jebakan populasi Malthus
yaitu jumlah penduduk di suartu negara akan menigkat sangat cepat sesuai
dengan deret ukur atau tingkat geometric. Sementara, karena adanya proses
pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang
jumlahnya tetap, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret
hitung atau deret aritmatik. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat
berpacu secara memadai dengan kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan
per kapita cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya
sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat
subsisten. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang
kronis tersebut adalah dengan “Penanaman kesadaran moral” di kalangan segenap
penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran.
Jika pendapatan agregat dari suatu negara meningkat lebih cepat maka
secara definitive pendapatan per kapita juga meningkat. Seandainya pertumbuhan
penduduk lebih cepat dari pada peningkatan pendapatan total, maka dengan
sendirinya pendapatan per kapita akan menurun. Bila makin banyak penduduk maka
saving dan investasi juga makin tinggi sehingga pendapatan per kapita
meningkat. Namun jika terlalu banyak saving, pendapatan per kapita bisa
menurun.
Bangsa-bangsa
miskin tidak bisa bangkit dari pendapatan subsisten tanpa pengendalian
preventif (pengendalian kelahiran). Atau, pertambahan penduduk hanya bisa
dihambat dengan pengendalian positif (kelaparan, penyakit, perang).
Para ahli ekonomi modern memberikan istilah bagi gagasan Malthus mengenai
penduduk yang terpaksa hidup pada tingkat pendapatan subsisten ini dengan
istilah “jebakan kependudukan dengan tingkat ekuilibrium yang rendah” (low
level-equilibrium population trap) atau singkatnya “jebakan kependudukan
Malthus” (Malthusian population trap).
Untuk dapat mempertinggi penghasilan per kapitanya Negara-negara
berkembang, usaha yang Cuma kecil saja akan sia-sia belaka. Negara berkembang
memerlukan kebijaksanaan agar dapat menghasilkan pendapatan per kapitanya. Ini
berarti bahwa perekonomian harus menjalankan “dorongan yang besar (big push)
dan meloncat dari titik t ke titik w.
Atau perekonomian harus memenuhi apa yang disebut “usaha minimum yang
sangat perlu’ untuk memecahkan “low income level equilibrium trap” . Dalam hal
ini rendahnya akumulasi capital disebabkan oleh adanya lingkaran setan (vicious
circle)[6]
Berbagai teori yang diungkapkan terdahulu telah menjadi inspirasi dari
berbagai pandangan mengenai kaitan antara pertumbuhan penduduk dan pembangunan
ekonomi. Secara umum terdapat tiga kelompok yang memiliki pandangan yang
berbeda, yaitu:
a) Kaum
Nasionalis.
Mereka beranggapan bahwa pertumbuhan penduduk akan menstimuli pembangunan
ekonomi. Ide dasarnya adalah dengan penduduk yang banyak akan berakibat pada
produktifitas yang tinggi dan kekuasaan yang tinggi pula.
Pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap pembangunan ekonomi dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, pertumbuhan penduduk dalam jangka pendek memang
berpengaruh negatif. Kedua, dalam jangka panjang justru pertumbuhan penduduk
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembangunan ekonomi. [7]
b) Kelompok
Marxist
Kelompok ini percaya bahwa tidak ada kaitan antara pertumbuhan penduduk
dan pembangunan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa semua masalah yang
berhubungan dengan kurangnya pembangunan ekonomi, seperti kemiskinan,
kelaparan, dan masalah sosial lainnya, bukan karena pertumbuhan penduduk,
tetapi semata-mata sebagai hasil dari ketidakbenaran dari institusi sosial
maupun ekonomi di daerah yang bersangkutan.
c) Kelompok
Neo-Malthusian.
Kelompok ini sejak awal menentang Marxist. Pada prinsipnya mereka
mengikuti teori Malthus, dengan ide bahwa pertumbuhan penduduk apabila tidak
dikontrol akan menghilangkan hasil-hasil yang diperoleh dari pembangunan
ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mengakibatkan
gagalnya pembangunan.
2.5 Hubungan
Masalah Kependudukan dengan Pembangunan
Ekonomi
Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita
dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan
ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi
suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi
peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan
antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa
kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan
nasional, antara lain adalah:
a. Pertama
kependudukan, dalam hal ini adalah penduduk merupakan pusat dari seluruh
kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah
subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus
dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan.
Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang
bersangkutan. Pembangunan baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.
b. Kedua,
keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika
diikuti dengan kualitas SDM penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan
tingkat kualitas SDM yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban
bagi pembangunan. Jumlah penduduk sedikit namun berkualitas meskipun sumber
alam terbatas pertumbuhan ekonomi dapat berkembang atau tumbuh dengan
pesat,sebaliknya jumlah besar atau banyak kualitas sumber daya manusianya
rendah, meskipun sumber daya alam yang kaya akan berdampak kepada kondisi
ketahanan nasional.
c. Ketiga,
masalah kependudukan, selain menyangkut produk nasional riel dan produk per kapita
riel, juga terjadi perubahan- perubahan institutional dan perubahan-perubahan
struktural ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin dari perubahan atau pergeseran
peranan sumbangan sektor- sektor ekonomi dalam produk dan pendapatan nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu
proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu Negara
Penduduk
merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan.
Penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan, keadaan dan kondisi kependudukan
yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Masalah kependudukan, selain menyangkut produk nasional riel dan
produk per kapita riel, juga terjadi perubahan- perubahan institutional dan perubahan-perubahan
struktural ekonomi masyarakat.
3.2 Saran
Salah satu arah kebijakan
pembangunan nasional mengamanatkan pentingannya meningkatkan kualitas penduduk
melalui pengendalian kelahiran dan “Program Keluarga Berencana”
salah satu dari lima program pokok bidang kependudukan dan KB. Program KB
dilakukan dengan upaya-upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Bahwa program kependudukan dan Keluarga
Berencana sangat bermanfaat bagi pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas. Selain itu, pemecahan atas
permasalahan-permasalahan diatas meliputi aspek- aspek perluasan pendidikan dan
peningkatan keterampilan, pembinaan dan pengembangan kewiraswastaan yang
memungkinkan tumbuhnya self creating jobs ataupun self employment, di samping
peningkatan dan perluasan investasi yang lebih berorientasi kepada kegiatan-
kegiatan yang padat karya dan transmigrasi.
[1] Menurut laporan Bank Dunia,
Negara-negara didunia dikelompokkan menjadi 3 yaitu : Negara berpendapatan
rendah dengan pendapatan per kapita per tahun < US $ 410, Negara
berpendapatan sedang ( US $ 420 – US $ 4500) dan negara berpendapatan tinggi
(>/US $ 4500). Dalam hal ini Negara yang berkembang adalah Negara yang
pendapatanyya tergolong rendah dan menengah yaitu \ < US $ 4500. Lihat World
Development Report, 1982, The world Bank, Oxford University, 1982.
[2] Todaro mendefinisikan
pembangunan ekonomi sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup
perubahan struktur, sikap hidup dan kelembagaan, selain mencakup peningkatan
pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan
pemberantasan kemiskinan. Lihat Michael P. Todaro, Economics for a Developing World, Longman (1981), hal 96 -97
[3] W. Arthur Lewis, The Theory of Economics Growth, George
Allens and Urwin Ltd, London, 1965, Appendix.
[4] Pola urbanisasi tersebut, tidak
terjadi 100% bagi Negara-negara berkembang, karena banyak tenaga kerja yang
pindah dari desa ke kota bukan karena mendapat pekerjaan di kota, tapi mereka
pindah ke kota dahulu sambil mencari pekerjaan. Seringkali mereka menumpang di
rumah temah atau saudaranya yang menyebabkan pengangguran di kota-kota.
[5] Lihat Michael P. Todaro, Economics for Developing World, Longman
Group Ltd, London, 1977, hal 169
[6]
Lingkaran setan dalam kasus
ini adalah bahwa rendahnya akumulasi capital disebabkan oleh rendahnya jumlah
dana ynag tersedia dari tabungan, dan rendahnya tingkat tabungan adalah karena
rendahnya tingkat pendapatan di Negara berkembang
[7] Julian L. Simon, “The Economi of Population Growth”,
Simon,1977
No comments:
Post a Comment